Menurut kalian, apa sih yang ada di pikiran seorang mahasiswi semester tujuh yang lagi sibuk sibuknya overthinking perkara skripshit dan segala kegiatan organisasi di kampus, jatuh hati bahkan bucin sama seorang artis? Lebih tepatnya anak band, sih.
Gue, sebut saja Vivi, saat ini lagi terjebak di satu situasi di mana ketika seharusnya sisa-sisa waktu senggang yang gue punya digunakan untuk mengistirahatkan fisik serta pikiran gue, malah gue pergunakan buat bucinin orang yang bahkan nggak suka bahkan menjurus ke benci sama gue.
Brian Kusumawardani namanya. Bassist 6/7 Days, temen sekampus bahkan sekelas gue di nyaris semua matkul, yang bikin gue jadi head over heels sama dia selama dua tahun terakhir—alias dari awal band mereka terbentuk.
Gue selalu ikutin jadwal manggung mereka, gue selalu request lagu mereka buat diputar di radio kampus dari jaman mereka baru rilis single pertama di soundcloud. Pokoknya gue selalu dukung mereka sebisa dan semampu gue.
Tapi bener kata Nadin di lagu Seperti Tulang, bahwa hidup berjalan seperti bajingan.
Bajingannya adalah bukan karena Brian nggak tau kalo salah satu die-hard fans ada di radius 5 meter dari tempat dia duduk biasanya di kelas atau patah hati tiap liat dia bermesraan di lingkungan kampus, bukan.
Tapi karena gue udah terlanjur jatuh hati sama Brian dan gue harus menerima kenyataan kalau gue dimusuhi sama crush gue sendiri.
Atau gue jadi skeptis, mungkin Brian udah bukan nggak suka lagi, tapi udah ada di tahap benci sama gue.
Tapi yang lebih sedihnya lagi tuh, gue nggak tau apa yang menjadikan Brian sebegitu nggak sukanya sama keberadaan gue di kelas.
Diawali dengan satu kejadian, di mana dia datang terlambat di satu mata kuliah yang dosennya super duper galak dengan kemeja lecak, tas yang disampirin di satu bahunya aja dan rambut setengah basah yang dia biarkan berantakan tanpa sentuhan sisir, dan rasanya saat itu juga gue pengen banget teriak dan peluk dia di tempat dia berdiri, yaitu di ambang pintu kelas yang baru dia buka.
Namun terkutuklah sistem motorik gue yang lamban, sehingga yang gue bisa lakuin waktu itu cuma bengong, diem dan natap dia tepat di matanya sambil menahan gejolak untuk teriak dari dalam diri gue kuat-kuat.
Lalu entah itu sebuah keberuntungan atau malah kesialan, mata gue sama dia nggak sengaja bertubrukan dan kedua mata jahanam gue ini nggak mau berpaling sama sekali.
Dan kalian tau apa reaksi Brian setelah momen tiga detik aksi tatap menatap itu?
Baca baik-baik ya,
Dia. Malah. Berdecih. Sambil. Natap. Gue. Sinis. Seolah-olah gue ini sampah yang menjijikan dan perlu segera dibinasakan.
Sumpah, gue inget jantung gue berhenti untuk sepersekian detik waktu itu. Gue masih inget banget perasaan gue kala itu, gue yang shock sekaligus bingung. Masalahnya apa salah gue? Kenapa dia kok kayak gitu ke gue?
Dan kenapa lagi, bahkan setelah semua sikap dia yang dengan jelas menunjukan kalau dia nggak suka sama gue, gue tetap nggak bisa lepasin diri gue dari pesona dia? Atau at least, move on ke anggota lain, kek.
Mungkin bagi para fans yang lain, berada di dekat idolanya adalah salah satu pencapaian hebat.
Tapi kalau mereka ada di posisi gue, apa mungkin mereka masih punya pemikiran yang sama?
Bayangin deh, gimana rasanya artis yang kalian idolakan itu ada di sekitar kalian, tau kalian hidup, tapi dia malah benci sama kalian?
Maka dari itu, gue membuat akun pacarbrian supaya gue bisa fangirlingan dengan tenang dan memposisikan diri sebagai “penggemar” biasa dengan mengesampingkan fakta yang ada.
Yah, semoga aja takdir nggak akan mainin gue lebih jauh ke depannya.